Kota Tua

Ya, orang sering memanggilmu dengan nama Kera.
Tetapi ada juga yang suka dan hobi menyebutmu Monyet, di Jawa kamu juga popular dengan nama Munyuk. Tapi aku lebih suka memanggilmu lebih akrab seperti para dalang, yaitu Anoman. Putihmu suci penuh kharisma, tapi lucu juga, lungset mukamu saat Begawan Keswasidi menghukummu karena kau telah menyalahi sebuah aturan yang disepakati bersama. 

Saat itu, Negara Amarta yang sedang padam karena kehilangan sosok ksatria yang tangguh dan berwibawa, yang kata para dalang dalam antawecana dipewayangan “Ingkang kekasih Raden Arjuna, Ya Permadi, Ya Janaka” Hehehe, di Jawa dan dijagad pewayangan kadang-kadang seperti itu, satu orang puluhan nama.

Tetanggaku juga ada, namanya Subali, itu nama kecilnya, tapi setelah umur 20 tahun diganti karena kata sesepuh namanya nggak cocok, dia menjadi sering sakit-sakitan dan susah diatur.
Di bawah pohon beringin besar, dipagari oleh alang-alang yang tinggi, bersemilah canda, tawa, dan makna yang bergema dari ribuan wanara. Mereka hidup dengan penuh bahagia, ada juga kera yang coklat menikah dengan kera putih. 

Seperti cerita para sesepuh Jawa dahulu, bahwa bobot, bibit, dan bebet adalah faktor utama penentu besanan. Temanku, hobinya bermain Clash of Clans, menikah sama tetanggaku sendiri, yang juga pemain Clash of Clans, aneh tapi memang begitu biro jodoh jaman sekarang.

Ah, kok mgomongnya jadi nglantur, kembali ke pasukan kera yang dibawah pohon beringin yang terpagari oleh alang-alang. Angin yang berjalan pun menyibakkan alang-alang yang setinggi pohon kaktus dirumah tetanggaku, gesekannya menimbulkan suara-suara samar.

“Konon kabarnya di negeri sebrang ada seorang lelaki tampan yang kehilangan kekasihnya?” ucap kera abu yang sering dipanggil dengan Suwarso.
“Hehehehe.. ya begitu kabarnya, manusia memang suka lupa dengan apa yang dipunya, sampai kekasih saja bisa hilang dari depan mata” kata si Suwarsi sambil menggigit jempol kakinya.
“Kok sampai kekasih. Kalo difikir aku ini kera yang paling ngetrenn namaku Suwarsi, aku saja masih sering kehilangan keberanian saat berjalan ke negeri Fir’aun.” 
Hehehe, Suwarsi ini menurut saya cukup agresif, tapi puitis juga. Tak heran, ratusan kera putri dari negeri kera itu banyak yang jatuh hati padanya. Suatu saat pernah dia pergi ke Kota Tua bersama gendakan yang baru seminggu didapatkannya. Waktu itu film “The Dark Tower” yang disutradarai Nikolaj Arcel yang berikisah tentang koboi jago tembak Roland Deshain yang melakukan perjalanan untuk menemukan menara hitam alias Dark Tower. Karena menara tersebut dipercaya sebagai penghubung ke dunia modern.

Ah, makin aneh saja dunia kera ini, seolah membawaku kembali pada teori Darwin yang begitu kontra di peradaban manusia jaman sekarang. Ada kera pengen jadi koboi, kalo dibayangkan seperti kera naik kuda, hahaha… semakin ruwet saja dunia animal ini.

Tapi itu nggak perlu dibahas, waktu itu Suwarsi memboncengkan kekasihnya menaiki Vespa Super berwarna abu-abu yang waktu itu pemberian Kyai Semar di perantauan. Mereka melewati kota sebrang dengan santainya, tapi waku itu belum ada google maps yang setia didalam kantong kita.
“Swar, kau akan membawaku kemana?”
“Aku akan membawamu ke Kota Tua untuk memadu cinta didalam bioskop favoritku. Bioskop yang sering kudatangi bersama mantan-mantanku.”
“Swan…Swan… jangan edan, kita baru seminggu bertemu, sedangkan jalan ini baru sehari dibuka, apakah kau yakin dengan jalan baru ini.”
“Sudah, kita jalani saja dulu.”

Tersesatlah mereka dipinggir sebuah laut yang sangat luas, banyak karang yang diterjang derasnya ombak lautan, ya lautan Srilangka. Konon disitu ada jembatan yang dulu dibangun oleh para leluhurnya untuk menjemput Dewi Shinta dari Alengka ke Ayodya, jembatan itu terbentang jauh yang menghubugkan dua Negara belahan itu. Ya, Rama Bridge namanya.

Waktu itu dengan keyakinan, para kera yang dibantu oleh sebangsanya, entah itu ikan dilaut atau kekuatan lain di muka bumi ini, tapi Simsalabim jadilah jembatan itu.

Akhirnya, dengan ketulusan hati kedua pasangan itu, menyebranglah keduanya menjuju Kota Tua yangkonon juga tempat disembunyikannya Shinta oleh Rahwana. Di kota itu juga ada taman yang populer dengan nama “Taman Soka”. Taman yang dibangun dengan kekuatan cinta, yang di tembok dengan keiklasan seorang lelaki, dan akhirnya roboh dengan kuasa takdir cinta.

Di tengah taman yang rusak itu, Suwarsi pun berkata kepada Juminah kekasihnya baru itu.
“Hehehe, kita ternyata juga sudah sampai, dan lompat dari jaman tua di Kota Tua.”

Komentar

Wayang dan sekitarnya