Tak Sendu, Jangan Memburu
Tak ada yang menamik, senja kini jadi obrolan dan unggulan di dinding maya.
Nyanyian senja, begitu yang dilukiskan penyair-penyair muda.
Atau karena warna? Sejuta tinta pun juga bisa menggambarkannya.
Cinta tak menampik tentang keindahan, juga kekhilafan yang membuntutinya.
Konyol bukan kalo kita mendewakan, lalu mengagungkan senja? Bukankah ini pekerjaan utama sejoli yang sedang memadu cinta?
Lalu siapa yang menjadi latarnya? Gunung, hutan, lautan, atau sawah yang jadi pijakan?
Indah itu datangnya tak berirama, tapi nadanya bisa mengisyaratkan cinta, bisa merekah di puncak tertinggi.
Tentang bagaimana kau menyelaminya, naik saja, tetapkan niatmu, kuatkan pijakanmu, panjat.
Banyak yang nglantur ngomongin senja, dengan sejuta indahnya, tak ada habisnya.
Cinta ya begitu, menebar warna dan mengisi rasa dengan jutaan luka.
Hakikat cinta tentang seni membingkai rasa, gambarnya absurd tak bisa disangka.
Kepada seja, kukirim doa. Melukislah nama, kau tak sendu, jangan memburu.
Cukup, bila perlu mari saling merindu. Jangan menunggu, mari saling merayu.
#WayangOrtodoks 020517
Komentar
Posting Komentar